Tarbiyah Jihadiyah



Serial Tarbiyah Jihadiyah: Kemulian hanya 
dapat di raih dengan jihad 

Oleh: Syaikhul Mujahid Dr. Abdullah Azzam (rahimahullah)
Serial Tarbiyah Jihadiyah jilid 2
(Arrahmah.com) - Jihad adalah satu-satunya jalan yang dapat dipercaya untuk menetapkan kebenaran dan menghapus kebathilan. Dan ia merupakan satu-satunya jalan untuk memecahkan kekuatan orang-orang kafir dan menolak kekerasan dan makar (tipu daya) mereka.
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya)”. (QS. An Nisaa : 84)
Berperang dan mengobarkan semangat untuk berperang, merupakan dua kewajiban yang satu sama lain saling berkaitan. Berperanglah, meski engkau seorang diri. Dan kobarkanlah semangat orang-orang beriman untuk berperang, mudah-mudahan Allah menolak kekerasan dan serangan orang-orang kafir terhadap kalian.
Mengapa Rusia sekarang bermaksud menarik diri dari Afghanistan? Dengan jalan perundingan dan perdamaian melalui mediator PBB. Melalui Dewan Keamanankah atau melalui pedang? Melalui pedang!
Demi Allah, meskipun seandainya Yunus Khalis[i] hafal seluruh matan Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah, mereka tidak akan mengizinkannya masuk PBB. Kalaulah bukan karena pedang, maka Yunus Khalis tidak akan menginjakkan kakinya di PBB. Sekarang ini mereka meminta kedatangannya. Sekiranya ruh dia keluar seratus kali, maka dia tidak akan dapat bertemu muka dengan Staf Kementrian Luar Negeri Amerika. Sekarang ini Reagen mengundangnya. Reagan sendiri yang mengundangnya. Siapakah diantara pemimpin kaum muslimin di dunia, atau orang Islam manakah yang berani menawarkan Islam kepada Reagan selain Yunus Khalis?!!
Seperti yang saya katakan kepada kalian : “Reagan mencoba beberapa kali untuk mengadakan tatap muka dengan Hekmatyar dengan mengirim seorang utusan pribadinya untuk menyampaikan undangan kepada Hekmatyar. Namun Hekmatyar menolaknya. Penolakan itu membuat Duta Besar Pakistan di Amerika berkata kepadanya : “Engkau gila. Enampuluh kepala negara antri dalam daftar minta bertemu dengan Reagan, sementara engkau menolak bertemu dengannya!” Hekmatyar menjawab dengan tenang : “Ya, memang benar saya menolaknya”. Setelah Reagan gagal dalam usahanya mengundang Hekmatyar melalui Kedutaan Besar Pakistan, maka dia mengirim surat khusus lewat tangan anak gadisnya.
Allahu Akbar! Betapa mulia Islam, betapa mulianya orang muslim itu. Maka datanglah Maurine Reagan dengan membawa surat bapaknya dan menyerahkan kepada Hekmatyar. Lalu Hekmatyar mengatakan : “Menyesal sekali, saya punya janji malam ini”. Lalu dia pergi dan menghabiskan waktunya bersama Muhajirin Afghan di Amerika.
Kemuliaan, Kemuliaan, Dari Mana Datangnya? Dari Dewan Keamanan Kah? Dari Surat-Surat Petisikah? Dari Parlemenkah? Bukan, Bukan, Bukan Dari Itu. Kemuliaan Itu Datang Dari Pedang.
“Aku diutus menjelang hari kiamat dengan membawa pedang, sehingga Allah disembah sendirian saja dan tidak ada lagi sekutu bagi-Nya”
Mengapa Rasulullah diutus dengan membawa pedang?
Jalan satu-satunya untuk menegakkan agama Allah, membina masyarakat muslim dan Daulah Islamiyah yang bekerja untuk kemaslahatan kaum muslimin, menetapkan jihad, menegakkan hukum had, menjaga perbatasan, dan mengirim pasukan untuk penaklukan negeri-negeri dan mengentaskan manusia,…adalah jihad. Masalahnya tidak memerlukan filosofi yang besar dan tidak membutuhkan gelar serta titel yang tinggi. Sembilan puluh persen penduduk Afghan adalah orang-orang yang buta huruf. Bangsa Turki, yang Allah memelihara agama-Nya melalui tangan bangsa in selama enam abad adalah bangsa yang ummi (buta huruf). Bangsa yang menggulingkan tahta Caesar dan singgasana Kisra adalah bangsa yang ummi.
Adalah para sahabat, ketika mereka masih di istana Kisra menemukan kapur barus putih yang sangat lembut. “Alangkah lembutnya garam ini!”, kata mereka. Lalu pada hari kemenangan itu, mereka menyembelih sembelihan. Diantaranya termasuk kambing-kambing yang ditinggalkan tentara Persia. Kemudian mereka membubuhkan garam yang lembut ke dalam kuah yang mereka masak. Ketika mereka makan, maka sama sekali tidak mengecap rasa asin. Mereka bilang : “Garam ini sangat lembut, akan tetapi tidak mengasinkan”. Ya Allah, mereka sama sekali tidak mempunyai gelar magister dalam ilmu kimia organik ataupun kimia karbon (bukannya melecehkan para ahli kimia). Mereka sama sekali tidak tahu.
Seorang Badui berhasil menawan Malikah binti ‘Abdul Masih yang kecantikannya sampai dibuat pepatah. Ketika badui tadi menangkap Malikah, dia berujar : “Selesai sudah, alhamdulillah, dunia telah menjadi milikku”.
Lalu Malikah membujuknya dan berkata : “Barangkali engkau telah mendengar tentang diriku pada waktu aku masih muda. Sekarang saya telah tua, pasti engkau tidak menginginkan diriku, demikian pula aku. Jika engkau mau, maka ambillah tebusan berapa saja yang kau mau dan tinggalkan diriku”.
Maka badui tadi berkata kepada Malikah : “Ya aku mau. Saya mau seribu, seribu dirham”.
Lalu Malikah mengeluarkan uang seribu dirham dan menyerahkannya kepada badui tadi. Sebelum pergi, Malikah bertanya : “Mengapa engkau tidak meminta lebih dari seribu dirham?”.
Badui tadi balik bertanya : “Apa ada yang lebih besar dari seribu dirham?”
Mereka-mereka itulah yang pernah menguasai dan memerintah dunia. Ya mereka!. Masalah ini tidak memerlukan filsafat atau gelar magister atau doktoral. Thalib Taujihi hanya tahu membaca Al Qur’anul Karim, kendati demikian dia mampu menghidupkan front secara utuh dengan izin Allah, ya hanya dengan Al Qur’anul Karim saja.
Ruba’i bin Amir, apa yang dimilikinya? Adakah dia memegang gelar doktor dalam ilmu ekonomi dan administrasi? Tidak! dialah yang masuk istana Rustum dengan mengendarai kuda sehingga merobekkan permadaninya. Kudanya pendek dia juga pendek. Masuk tanpa tali sandal, membawa pedang atau tombak kuno dan mengendarai kuda. Kuda itu masuk ruang istana Rustum dan menginjak permadani yang digelar diatas lantainya. Maka para pengawal Rustum berdiri untuk menangkapnya. Namun Rub’ai berkata dengan tenang : “Saya bukan diutus untuk menemui kalian, akan tetapi kalianlah yang mengirim utusan untuk mendatangkan saya. Jika kalian tak menginginkan kehadiran saya, maka saya akan kembali”. Kemudian Rustum menegur para pengawalnya : “Biarkan dia, kitalah yang memerlukannya”. Lantas Rub’ai mengikatkan kudanya ke salah satu kaki kursi kebesaran yang ada.
Sementara Rustum berada di atas singgasana emas, sedangkan orang-orang Persia duduk, Rub’ai naik dan kemudian duduk di atas kursi kebesaran yang ada. Bajunya berlubang –wallahu a’lam–, tanah dan debu mengotori singgasana emas. Lalu Rustum bertanya kepada Rub’ai : “Apa yang kalian bawa?” Maka Rub’ai menjawab dengan kata-kata masyhur : “Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan siapa yang Dia kehendaki dari penghambaan kepada sesama hamba menuju penghambaan kepada Allah, dan dari sempitnya dunia menuju keluasan dunia dan akhirat, dari penindasan agama-agama yang ada menuju keadilan Islam”. Ya Salam!?
Adalah seorang Syeikh di Suriah, namanya Marwan Hadid –semoga Allah merahmatinya–, meyakini akan wajibnya berjihad menentang orang-orang Nushairi[ii], dimana tokoh terpentingnya adalah Hafiz Asad. Maka dikirimlah aparat keamanan untuk menangkap laki-laki ini. Setelah mereka tiba di sebuah apartemen bertingkat dimana Syeikh Marwan Hadid tinggal pada salah satu flatnya, mereka memerintahkan seluruh penghuni apartemen untuk turun dan keluar karena di dalam apartemen ada mata-mata!” Maka Syeikh Marwan berkata : “Wahai penghuni gedung, kita ini orang-orang muslim. Hai para tentara, polisi, dan petugas keamanan! Saya memberi tempo kepada kalian seperempat jam untuk meninggalkan tempat ini atau saya akan mendahului menyerang kalian”. Sesudah lewat seperempat jam, mereka tetap tidak beranjak dari tempatnya, maka Syeikh Marwan melemparkan granat dan menembaki mereka dengan senjata yang ia miliki. Aparat keamanan tetap tak bergerak. Kemudian mereka mendatangkan helikopter, tetapi siapa yang berani masuk ke gedung itu. Maka mereka menurunkan pasukan komando di atas gedung bertingkat. Mereka bermaksud menyerbu gedung bertingkat tadi dari atas. Dari pagi hingga sore, mereka belum bisa masuk apartemen. Singkatnya setelah terluka dalam insiden tersebut, Syeikh Marwan berhasil ditangkap lalu dimasukkan dalam penjara. Kemudian sesudah itu, Syeikh Marwan Hadid disidang di depan para petinggi sekte Nushairi dengan pengadilan militer. Diantara mereka yang hadir terdapat Naji Jamil, Panglima Angkatan Udara, seorang yang mengaku pengikut Sunni dan Musthapa Thallas, Panglima Tentara.
Dengan keberanian yang menakjubkan –seperti yang diceritakan kepada kami–, Subhanallah! Saya belum pernah melihat seseorang yang beraninya melebihi dia, di depan pengadilan. Syeikh memandang ke arah Naji Jamil dan Mustapa Thallas, lalu berkata : “Hai engkau anjing Naji Jamil dan Musthapa Thallas, masih hidupkah kalian? Hai anjing, ketahuilah bahwa yang pertama kali saya pesankan kepada para pemuda adalah membunuh kalian lebih dahulu sebelum orang-orang Nushairi! Dan kalian hai para perwira! Saya berpesan kepada para pemuda supaya membunuh kalian, lima ribu perwira saja”.
Mendengar kata-kata Syeikh Marwan, Naji Jamil gemetar saking marahnya : “Keluarkan dia, dia itu orang gila. Keluarkan!”, teriak Naji Jamil.
Kemudian sampai juga kabar kepada kami bahwa Hafiz Asad sendiri pernah menemui Marwan di dalam penjara. Katanya : “Hai Marwan, kami ingin membuka lembaran baru, semoga Allah mema’afkan apa yang telah lalu. Namun dengan syarat engkau tidak mengganggu kami”.
“Bagaimana maksudnya”, tanya Marwan.
Hafiz menjawab : “Letakkan senjatamu”.
Lalu Marwan berkata : “Baik saya setuju, tapi dengan satu syarat, yakni, engkau harus membantuku untuk mendirikan Daulah Islamiyah”.
Mendengar jawabah Marwan, Hafiz membalikkan badan dan keluar.
Takut, takut kepada pedang yang dengannya Allah menegakkan tauhid.
Di Afghanistan, tepatnya di daerah Wakhon, –daerah ini kalau dilihat dalam peta Afghan bentuknya seperti ujung jari. Daerah ini memisahkan wilayah Afghan dengan wilayah China. Daerah ini adalah daerah yang paling berbahaya, maka Rusia menempatkan beberapa pos militer yang dilengkapi dengan senjata anti pesawat terbang dan lain-lainnya. Di siti ada seorang pemuda bernama Najamuddin, yang mempunyai pengikut sekitar seratus orang mujahid. Pemuda ini sering menyusahkan tentara Rusia.
Dalam suatu serangan pemuda itu berhasil menawan lima orang perwira tinggi Rusia. Maka Rusia mengirim utusan kepadanya meminta supaya jangan membunuh kelima perwira yang ditawan itu dan sebagai imbalan, mereka akan memberikan apa saja yang dikehendakinya. Akan tetapi dengan tegas Najamuddin menjawab : “Demi Allah, saya bukan pedagang. Saya tak mengerti jual beli”.
Mereka mengancam : “Jika kamu membunuh mereka, maka kami akan membakar apa saja. Baik yang hijau maupun yang kering. Dan kami juga akan membakarmu”. Ketika pesan itu sampai kepadanya, dia tengah memerintahkan untuk membunuh kelima perwira Rusia tersebut. Dia berkata: “Saya menantang kalian hai Rusia!!”
‘Izzatul Islam!!. Pemuda itu tidak akan dapat mencapai tingkatan ini jika bukan karena jihad. Dengan seratus orang mujahid dia menentang Rusia.
Lagi, seorang pemuda buta huruf dari Paghman, namanya Abdul Wahid –rahimahullah– yang akhirnya mati syahid. Paghman terletak di sepanjang pinggiran kota Kabul. Jika Rusia masuk Afghanistan memburu para Mujahiddin, sementara itu pemuda Abdul Wahid datang di Paghman, untuk memburu Rusia.
Demi Allah, ketika aku duduk bersamanya, maka saya menyadari keadaan diri saya…. Dia sangat tawadhu’ sekali. Kebanggaan Arab? Naudzu billah, dia lebih baik daripada kita dan berada di atas kepala kita. Memang dia seorang yang buta huruf, tak banyak memiliki sesuatu, namun dia memegang pedang!!!
Akhirnya, Abdul Wahid gugur sebagai syuhada. Dari kantong bajunya ditemukan sebuah surat yang terkena beberapa tetes darahnya. Surat tersebut berada di kantong bajuku, dan selama dua bulan mengeluarkan bau harum minyak wangi.
Satu-satunya jalan yang dapat dipercaya dan dapat menjamin tegaknya Daulah Islamiyah atau qa’idah shalabah, yang menjadi titik tolak kaum muslimin di seluruh dunia adalah jihad fie sabilillah. Oleh karena itu Rasulullah mengatakan : “Aku diutus menjelang Hari Kiamat dengan membawa pedang, sehingga Allah disembah sendirian saja, tiada sekutu bagi-Nya”.
Tauhid melalui jalan pedang akan cepat menyebar, sedangkan aqidah, fiqh, dan lain-lainnya, semuanya itu dapat diketahui lewat jalan jihad. Maka ketika Rasulullah SAW dan para sahabat tahu bahwa tentara Romawi berada di perbatasan Jazirah, sejauh 1000 km dari Madinah, sedang mengadakan persiapan untuk menyerang Madinah, beliau menyerang mereka sebelum diserang.
Tugas pedang adalah membuat manusia tunduk kepada agama Allah, menghilangkan berbagai rintangan yang menghalangi jalannya dakwah Islam, dan meruntuhkan segala tatanan kafir yang menghalangi antara manusia dengan agama Allah.


Malapetaka memporak-porandakan masyarakat


Malapetaka memporak-porandakan masyarakat (4-selesai) 







(Arrahmah.com) – Bagian akhir dari nasehat Syaikhul Mujahid Abdullah Azzam Rahimahullah, terkait pilar-pilar membentuk masyarakat Islami yang ideal dan harus dipenuhi oleh kaum Muslimin serta mujahidin.

Larangan saling memanggil dengan gelaran buruk

“Dan janganlah kalian mencela diri (saudara) kalian sendiri dan janganlah kalian panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk”. (QS. Al Hujurat: 11) 


Ayat ini turun kepada Bani Salamah.  Ketika Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam tiba di Madinah Munawwarah, beliau mendapati para sahabat Anshar mempunyai sejumlah nama.  Suatu saat beliau memanggil salah seorang sahabat Anshar dengan namanya.  Lantas para sahabat yang lain berkata : “Ya Rasulullah, sesungguhnya gelaran itu tidak disukai saudara ini”. Maka turunlah ayat  yang melarang mereka memanggil dengan gelaran-gelaran yang dibenci.
Apa kerugianmu jika engkau bicara dengan kata-kata yang baik?  Hatimu –na’udzu billahi minhu– penuh dengan perasaan hasad, dengki, kebencian dan dendam terhadap kaum muslimin.  Lidahmu, tidak engkau gunakan berbicara yang baik.  Wajahmu, senantiasa cemberut, tertutup sama sekali dari kebaikan.  Apa sih yang memberatimu sekiranya engkau memanggil saudaramu dengan nama yang paling disukainya?  Untuk memasukkan rasa gembira ke dalam hatinya yang mungkin luka, lalu engkau menawarkannya dengan kata-kata yang baik itu.  Apa yang memberatimu?  Sehingga engkau sangat bakhil.  Sampai bakhil berbicara baik, sampai bakhil mengucapkan  salam !!!
“Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian kerjakan, maka kalian akan saling cinta mencintai.  Yakni sebarkanlah salam diantara kalian.  Berilah makan mereka yang menghajatkan, sambunglah tali persaudaraan dan shalatlah kalian di waktu malam, ketika manusia tengah nyenyak tidurnya, niscaya kalian akan masuk Surga”. (Al Hadits)
Tidak ada yang menambah umur kalian kecuali kebajikan, kecuali perbuatan baik.  Untuk itu, penuhilah hatimu dengan mahabbah, sesungguhnya dengan mahabbah ini engkau dapat membantu dirimu untuk memperoleh sumber kebaikan yang sangat jernih dan tidak akan pernah keruh.  Kebaikan itu akan senantiasa mengalir kepada dirimu, meski engkau ada di rumah, tidak bergerak dan tidak beramal, lantaran kecintaan (mahabbah)mu kepada seorang mu’min.
Dalam hadits shahih diserbutkan :
“Tidaklah kecintaan seorang hamba kepada saudaranya, melainkan yang paling dicintai Allah dari kedua hamba tersebut adalah yang paling besar kecintaannya terhadap saudaranya”.
“Hiduplah kamu sesuka hatimu, sesungguhnya engkau akan mati jua.  Dan beramallah sesuka hatimu, sesungguhnya amalanmu akan mendapat balasan”.
“Jauhilah perkara-perkara yang haram, niscaya engkau akan menjadi manusia yang paling berbakti.  Dan ridlalah engkau terhadap apa yang Allah telah bagikan kepadamu, niscaya engkau jadi manusia yang paling kaya.  Berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya engkau menjadi seorang mukmin.  Dan cintailah untuk manusia apa-apa yang engkau mencintai untuk dirimu sendiri, niscaya engkau menjadi seorang muslim. Dan janganlah banyak tertawa, karena banyak tertawa itu akan mematikan hati”. (HR Tirmidzi, hasan shahih)
Tiga perkara yang semuanya haram: as sukhriyah (menghina), al lamzu (mencela) dan at tanaabazu bil alqab (panggil memanggil dengan gelaran yang buruk).  Dan sebagai akibat dari melanggar salah satu dari ketiga perkara itu adalah balasan dari sisi Allah dengan dua gelar yang buruk.  Engkau menerima dari Allah dua nama buruk dan kehilangan sebuah gelar yang agung.  Sebelum itu namamu di sisi Allah adalah mu’min, lalu Allah memberikan padamu gantinya dengan namafasid dan fusuq.  Dan jika engkau tidak cepat-cepat bertaubat, maka Allah akan menambah dengan gelar lain, yakni fasiq dan zhalim.
“Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itu orang-orang yang zhalim”. (QS. Al Hujurat : 12)
Adakah engkau suka menukar nama mu’minmu di sisi Allah dengan nama fasik ?!!  Engkau jual nama mu’minmu dan kemudian engkau beli sebagai gantinya nama fasik dan zhalim.  Dengan apa?  Dengan umpatan lesan atau engkau gunakan kedua bibirmu untuk mencela saudaramu atau gerakan hati yang serupa itu.  Celaka dan celakalah orang yang menukar nama mu’min dari Rabbul ‘Izzati dengan dua nama: fasik dan zhalim.  Sungguh jelek sekali jual beli tersebut.

KHOTBAH KEDUA.
Segala puji bagi Allah, dan semoga kesejahteraan dan kesentausaan senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Muhammad Shallallahu Alayhi Wa Sallam, dan kepada seluruh keluarganya, para sahabatnya serta siapa saja yang mengikutinya.
“Semoga Allah merahmati seseorang yang mengerti batas/ketentuan Allah serta berhenti pada batas-batas tersebut”. (Al Hadits) 
 ”Cukuplah seseorang  telah berbuat kejahatan, kalau ia menghina saudaranya sesama muslim”. (Al Hadits)
“Wailun (kecelakaan ) bagi setiap pengumpat lagi pencela”. (QS. Al Humazah : 1).
“Wailun” adalah kata yang berisikan ancaman dan siksa.
Sebagian mufassirin mengartikannya sebagai : “lembah di neraka jahanam”
Wahai saudara-saudara yang mulia!
Kita saling bersaudara.  Dan seluruh muslim di berbagai penjuru bumi adalah saudara-saudara kita yang dipersatukan oleh satu ikatan, yakni ikatan Islam.  Dan janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa puasa, shalat dan zakat itu lebih besar nilainya di sisi Allah daripada menjaga kehormatan seorang muslim, membelanya dan memberi pertolongan kepadanya.  Dan janganlah sekali-kali kamu menganggap bahwa zina dan riba itu lebih besar keharamannya daripada keharaman menginjak-injak harga diri dan kehormatan seorang muslim.
Dalam sebuah hadits shahih dinyatakan :
“Riba itu ada tujuh puluh dua cabang. Yang paling rendah tingkatannya ialah seperti seorang laki-laki yang menikahi ibunya sendiri.  Sedangkan yang paling tinggi tingkatannya ialah seorang muslim yang mencemarkan harga diri saudaranya”. (Shahih Al Jami’ Ash Shaghir 3357)
Mencemarkan harga diri seorang muslim itu dosanya lebih besar daripada dosa seseorang yang menikahi ibunya di bawah naungan Ka’bah.  Demi Allah, dahulu saya mengira bahwa hadits itu dlaif. Sampai saya melihatnya dalam silsilah hadits shahih atau dalam Al Jami’ Ash Shaghir oleh Albani. Sesungguhnya riba yang paling tinggi tingkatannya adalah seorang muslim yang mencemarkan harga diri saudaranya muslim.
Sepotong kecil daging yang tidak lebih dari beberapa sentimeter saja, namun mampu menyeretmu ke dalam neraka.  Hanya sepotong daging yang Allah jadikan ia diantara dua penjara besar: dua rahang dan dua bibir, sehingga engkau benar-benar memperhatikan ciptaan Allah. Maka janganlah kamu melepaskan tali kekangnya.  Rabbmu telah menciptakan bagimu dua telinga, dan satu lidah sehingga kamu dapat mendengar lebih banyak dari apa yang kamu ucapkan.
“Cukuplah seseorang dikatakan sebagai pendusta, kalau ia mengatakan setiap apa yang didengarnya”. (Al Hadits).
Barangsiapa mengatakan setiap apa yang didengarnya, maka ia adalah seorang pendusta.
Wahai saudaraku yang tercinta!
Apa yang membuat kita terpecah belah?  Apa yang mengoyak-koyak keberadaan kita? Apa yang telah mencerai-beraikan jama’ah kita?  Apa yang membuat hancur masyarakat kita?  Apa yang mengancam kita dan menggoyang kemapanan kita kalau bukan lidah?  Sekerat daging yang tak peduli dan tidak mengindahkan hubungan kekerabatan orang muslim.
Wahai saudaraku! Jika hatimu membisikkan sesuatu pada dirimu untuk mencela saudaramu, maka lihatkan aib-aibmu! Seperti yang pernah diucapkan ‘Isa bin Maryam Alayhis Salaam ketika didatangkan padanya seorang wanita yang telah berzina, saat itu seluruh kaum berpaling, mengucapkan istirja’ (ucapan Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun) dan menolak perbuatannya.  Berkatalah ‘Isa Alayhis Salaam kepada kaumnya : “Barangsiapa diantara kamu yang tidak pernah punya salah, maka silakan dia merajamnya”.
Alhamdulillah, bahwa kita tidak dapat mencium bau dosa.  Telah disebutkan dalam sebuah atsar yang saya baca dalam Fatawa Ibnu Taimiyah (Majmu’ul Fatawa)  bahwa apabila seorang hamba melakukan suatu perbuatan dosa, maka malaikat menjauhi dirinya sejauh satu mil karena ia mencium bau dosa.
Alhamdulillah, kita tidak bisa mencium bau dosa kita.  Jika tidak demikian, maka bau dosa kita akan menyebabkan hidung menjadi selesma.  Kadar dosa kita akan membuat bumi ini rata dengan bau busuk.  Apakah  ucapan kita (mencela sesama muslim itu) lebih ringan dibandingkan dengan kata-kata ‘Aisyah ra kepada Shafiyah ra. : “Cukuplah bagimu tentang Shafiyah itu begini dan begini”.  (maksudnya Shafiyah itu badannya pendek).  Maka Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam  bersabda :
“Sungguh engkau telah mengucapkan suatu perkataan, yang sekiranya dicampur dengan air laut, maka perkataan itu dapat mencampurinya”.
Maksudnya, sekiranya perkataan itu bercampur dengan air laut, niscaya air laut   tersebut berbau busuk semua.  Padahal air laut itu tidak akan busuk lantaran kadar garamnya banyak.
Wahai saudaraku, berhati-hatilah kamu terhadap lidahmu.  Jangan engkau melihat aib saudaramu, tetapi lihatlah lebih dulu aibmu.
Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam bersabda dalah hadits shahih :
“Seseorang diantara kalian dapat melihat kotoran halus yang ada di mata saudaranya, namum ia tak melihat batang pohon yang berada di depan matanya”.
Yakni: sesungguhnya dosa-dosamu, aib-aibmu dan kekuranganmu lebih besar dan lebih banyak daripada kesalahan-kesalahan yang kamu lihat ada pada saudaramu. Dan seorang muslim itu tidak  akan mencari-cari kekurangan/kesalahan, sebab al muru’ah (sikap perwira) itu dituntut untuk mampu memaafkan kesalahan (orang lain), sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alayhi Wa Sallam yang diriwayatkan oleh Abu Dawud:
“Maafkanlah kesalahan orang-orang yang mempunyai kedudukan, sesungguhnya salah seorang diantara mereka telah berbuat kesalahan, sedang tangannya berada di tangan Ar Rahman”. (Lihat Shahih Al Jami’ Ash Shaghir hal. 1185).
Berdasarkan dalil ini pengikut Madzhab Malikiyah menetapkan bahwa dakwaan yang berasal dari pendusta dan orang-orang fasiq terhadap orang-orang yang dikenal kebaikannya tidak diterima. Dan apabila ada seorang fasiq yang menuntut –di Pengadilan Islam— atas seseorang yang dikenal kebaikan dan taqwanya, maka yang mendakwa tersebut dihukum penjara supaya orang-orang yang jahat tidak (mudah-mudah) merusak kehormatan orang-orang yang baik dan agar supaya lesan-lesan orang-orang fasiq tidak memfitnah kehormatan orang-orang pilihan, yakni orang-orang yang telah dikenal kebaikan dan taqwanya.
Jagalah lesan-lesan kalian dan mulailah dengan lembaran baru bersama Rabbmu sehingga sirna semua ghibah dan akibat yang ditimbulkannya, tajassus (memata-matai) dan musibah yang diakibatkannya atas masyarakat kaum muslimin, serta prasangka buruk dan akibat yang akan mencerai-beraikan ikatan keluarga, masyarakat dan Harakah…sehingga semua terbebas dari hal tersebut…Berjanjilah kepada Rabbmu untuk memulai lembaran baru dan untuk menjaga lesan secara terkendali.
Sebagaimana sebagian sahabat dalam rangka menjaga lesan, pada saat-saat tertentu ada yang memasang penutup pada mulutnya sehingga mereka tidak bisa berbicara, sebagian ada yang tidak mau bicara seraya berkata :
“Inilah yang akan membawaku kepada kebinasaan”
Dan sesungguhnya kamu akan binasa, jika dirimu memperturutkan hawa nafsu dan melepaskan kekang yang mengikat lisanmu.
Mu’adz Radhiyallahu  Anhu  pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alayhi Wa Sallam : “Apakah  kami akan dituntut dari apa yang kami ucapkan?”
Beliau bersabda : “Celakalah ibumu wahai Muadz!? Apakah ada yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka, kalau bukan hasil dari lesan-lesan mereka?”(HR Tirmidzi, hasan shahih)
Apabila fitnah telah merajalela, maka tangisilah kesalahanmu dan jagalah lesanmu supaya tidak menjerumuskanmu ke dalam neraka.
Serial Tarbiyah Jihadiyah, Syaikh Abdullah Azzam Rahimahullah
Source: Tarbiyah Jihadiyah, pustaka al Alaq, hal.82-91

Tidak ada komentar:

Posting Komentar