Asy-Syahid Sayyid Quthb: Mujahid dakwah yang istiqomah hingga akhir hayatnya
Nama Asy Syahid (kama nahsabuhu) Sayyid Quthb kini ramai
diperbincangkan kembali setelah
salah satu buku beliau Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 2 masuk daftar buku
dalam pengawasan Kejari. Seperti apakah sosok mujahid dakwah tersebut? dan apa
komentar Syekh Abu Muhammad Al Maqdese tentang tulisan-tulisan beliau?
Tafsir Fi Zhilalil Qur`an. Sebagian
besar kaum muslimin abad ini mengenal kitab tafsir yang kental nuansa siyasi
dan haraki tersebut. Penulisnya adalah Asy-Syahid Sayyid Quthb,
tokoh besar dalam pemikiran Islam kontemporer yang paling menonjol.
Nama lengkap beliau adalah Sayyid
Quthb bin Ibrahim. Beliau lahir di Musyah, Propinsi Asiyuth, pesisir Mesir,
tanggal 9 Oktober 1906. Pendidikan awal beliau adalah Madrasah Ibtidaiyah di
desanya tahun 1912 dan lulus tahun 1918. Revolusi tahun 1919 di negerinya
membuat Sayyid Quthb berhenti dari sekolah selama dua tahun.
Terlahir sebagai anak kedua dari
empat bersaudara , sejak kecil kakak kandung dari pemikir Muhammad Quthb ini
telah dikenalkan dan dibesarkan dalam lingkungan Islami. Sebagaimana tradisi
kaum muslimin, sejak kecil Sayyid Quthb dididik secara ketat oleh kedua
orangtuanya. Hasilnya cukup bisa dibanggakan. Belum genap berusia 10 tahun,
Quthb telah hafal Al-Qur`an. Kemampuannya tersebut sesuai dengan harapan
ibunya. Dalam buku hariannya, Taswir Al-Fanni fi Al-Qur`an , beliau
menyatakan, ‘Harapan terbesar ibu adalah agar Allah berkenan membuka hatiku,
hingga aku bisa menghafal Al-Qur`an dan membacanya di hadapan ibu dengan baik.
Sekarang aku telah hafal, dengan begitu aku telah menunaikan sebagian harapan
ibu.’
Pendidikan beliau berlanjut di tahun
1920, di Kairo, dengan masuk ke Madrasah Muallimin Al-Awaliyah tahun 1922,
kemudian melanjutkan ke Sekolah Persiapan Darul Ulum, 1925. Setelah itu, beliau
melanjutkan ke Universitas Darul Ulum 1929 dan lulus tahun 1933 dengan gelar Lisance
di bidang sastra
Buku Islam pertama yang ditulis
beliau adalah At-Tashawwur Al-Fanni fil Qur`an dan mulai menjauhkan diri
dari sekolah sastra Al-Aqqad.Departemen Pendidikan, tempat beliau bekerja
mengutusnya untuk mengunjungi Amerika, untuk mengkaji kurikulum dan sistem
pendidikan Amerika. Beliau di Amerika hanya dua tahun, lalu kembali ke Mesir
tanggal 20 Agustus 1950, kemudian diangkat menjadi Asisten Pengawas Riset
Kesenian di Kantor Menteri Pendidikan. Tanggal 18 Oktober 1952, ia mengajukan
permohonan pengunduran diri.
Dunia tulis menulis tidak asing bagi
Sayyid Quthb. Sejak masa muda beliau telah mengasah kemampuan menulisnya.
Ratusan makalah di berbagai surat kabar dan majalah Mesir memuat
tulisan-tulisan beliau, seperti Majalah Al-Ahram, Ar-Risalah, dan Ats-Tsaqafah.
Beliau sendiri menerbitkan majalah Al-Alam Al-Arabi dan Al-Fikrul
Jadid, selain memimpin surat kabar pekanan Al-Ikhwanul Muslimun tahun
1953.
Dalam makalah-makalahnya, beliau
selalu memerangi bentuk-bentuk kerusakan dan penyimpangan di kehidupan sosial,
politik dan ekonomi Mesir. Pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap
kerusakan ini, yakni pemerintah adalah sasaran dari kritikan-kritikan beliau.
Selain itu, beliau selalu menjadikan Islam sebagai solusi atas seluruh
kerusakan yang terjadi. Dengan gerak dakwah semacam ini, Sayyid Quthb selalu
hadir di tengah-tengah kehidupan rakyat Mesir. Beliau menegaskan, bahwa
Inggris, petinggi-petinggi kerajaan, dan pemerintahan yang menjadi antek-antek
penjajah dan melakukan kolaborasi dengan mereka, tokoh-tokoh partai,
feodalisme, dan konglomerat, merupakan sumber utama penyebab keterbelakangan
Mesir.
Sayyid Quthb menentukan jalan
hidupnya untuk menjadi mujahid dakwah pada tahun 1947. Beliau mulai menyerukan
kebangkitan Islam dan menyerukan dimulainya kehidupan berdasarkan Islam.
Sayyid Quthb menyeru kepada umat
agar kembali kepada aqidah salafush shalih. Pemikiran beliau sendiri adalah
pemikiran salafi, yang bersih dari noda. Pemikirannya terfokus pada tema
tauhid yang murni, penjelasan makna hakiki La ilaha illallah, penjelasan
sifat hakiki iman seperti disebutkan Al-Qur`an dan As-Sunnah. Dalam banyak
bukunya, beliau menekankan pentingnya masalah hakimiyah dan loyalitas
hendaknya murni hanya untuk Allah semata.
Buku-buku beliau yang terpenting
adalah sebagai berikut :
- Fi Zhilalil Qur`an
- Ma’alim Fith Thariq
- At-Thaswir Al-Fanni fil Qur`an
- As-Salam Al-Alami wal Islam
- Asywak
- Dirasat Islamiyah
- Fit Tarikh Fikratun wa Minhaj
- Al-Mustaqbal li Hadza Ad-DIn
- Al-Islam wa Musykilatul Hadharah
- Al-Adalah Al-Ijtima’iyah fil Islam
- dan lain-lain.
Sayyid Quthb dalam Kenangan
Abdullah Al-Aqil, penulis buku Min
A’lami Al-Harakah wa Ad-Dakwah Al-Islamiyah Al-Mu’ashirah menuturkan
kesannya terhadap Sayyid Quthb, “Ketika berada di bangku Sekolah Menengah Atas,
saya tidak begitu tertarik kepada Sayyid Quthb. Sebab ia berafiliasi ke aliran
Al-Aqqad. Saya lebih senang pada aliran Ar-Rafi’i dan murid-muridnya, seperti
Said Al-‘Iryan, Ali Thanthawi, dan Mahmud Muhammad Syakir. Setelah saya berada
di Mesir, membaca tulisannya di majalah Al-Fikrul Jadid, menelaah
makalahnya tentang Hasan Al-Banna dan Ikhwanul Muslimin di majalah Ad-Dakwah
mulai membuatku tertarik pada tokoh ini. Setelah itu aku menghadiri seminar di
rumahnya. Mendengarkan ceramahnya yang mengegumkan di Jam’iyah Asy-Syubbanul
Muslimun untuk menentang Perancis. Mengetahui tuntutannya melepaskan gelar dan
ijazah Perancis untuk membela kaum muslimin di Afrika Utara. Dan membaca
makalah-makalahnya tentang parade-parade besar yang tidak mempunyai pengaruh.
Maka semua itu mendekatkanku dengannya dan membuatnya punya posisi tinggi di
hatiku. Saya pun selalu membaca semua buku dan makalahnya dengan antusias dan
rindu.
Syaikh Khalil Al-Hamidi, sekretaris
Al-Maududi, menceritakan, “Tahun 1966, di Makkah Al-Mukarramah, tepatnya di
Hotel Syabra, pemuda muslim Arab masuk menemui Ustadz Al-Maududi dan
menyodorkan kepadanya buku Ma’alim fith Thariq karya Sayyid Quthb.
Al-Maududi membaca buku tersebut semalam. Pagi harinya, ia berkata,
‘Sepertinya, saya sendiri yang menulis buku ini.’ Al-Maududi heran melihat
kedekatan pemikiran dirinya dengan pemikiran Sayyid Quthb. Al-Maududi berkata,
‘Tidak perlu heran, karena sumber pemikiran Sayyid Quthb dan pemikiranku itu
satu, yaitu Al-Qur`an dan Sunnah’.”
Raja Faisal bin Abdul Aziz ketika
mendengar bahwa Sayyid Quthb akan dihukum mati, segera mengirimkan telegram
kepada Jamal ABdun Nashir tanggal 28 Agustus 1966. Raja Faisal berharap Abdun
Nashir tidak menjatuhkan hukuman mati kepada Sayyid Quthb. Sami Syaraf
menyerahkan telegram Raja Faisal sore harinya kepada Andun Nashir, lalu Abdun
Nashir berkata kepada Sami Syaraf, “Laksanakan hukuman mati besok pagi saat
fajar dan berikan kepadaku telegram setelah pelaksanaan eksekusi mati.” Abdun
Nashir kirim telegram balasan kepada Raja Faishal dan menjelaskan telegram itu
sampai kepadanya setelah pelaksanaan eksekusi mati. Pelaksanaan hukuman mati
terhadap Sayyid Quthb dilakukan sebelum terbit fajar hari Senin, 29 Agustus
1966.
Eksekusi hukuman mati terhadap
Sayyid Quthb didahului dengan tuduhan makar terhadap beliau oleh Jamal Abdun
Nashir, tahun 1965. Saat itu, Abdun Nashir berada di Moscow dan mengumumkan
dari sana bahwa ada upaya pembunuhan terhadap dirinya dan penggulingan
pemerintahannya oleh Ikhwanul Muslimin di bawah pimpinan Sayyid Quthb. Akhirnya
Sayyid Quthb ditahan tanggal 9 Agustus 1965. Selanjutnya diadakan penyelidikan
terhadap Sayyid Quthb di penjara perang tanggal 19 Desember 1965 selama tiga
hari dan akhirnya menjatuhkan hukuman mati atas Sayyid Quthb tanggal 21 Agustus
1966. Keputusan ini tentu saja membuat gusar dan marah sebagian besar kaum
muslimin di seluruh penjuru dunia.
Hukuman mati terhadap Sayyid Quthb
merupakan tragedi menyakitkan bagi kaum muslimin, mengguncang dunia Arab dan
Islam, mengobarkan kemarahan ulama, da’i dan masyarakat Islam. Kaum muslimin
mengecam keras tidak kejahatan keji ini, melakukan shalat ghaib di penjuru
Timur dan Barat, surat kabar Islam menampilkan edisi khusus tentang Asy-Syahid
Sayyid Quthb dan rekan-rekannya. Ulama dan da’i mengharapkan para penjahat yang
terlibat dalam penggantungan Sayyid Quthb mendapatkan balasan siksa dari Allah.
Asy-Syahid Sayyid Quthb pernah
berkata, “Jari telunjuk yang setiap hari memberi kesaksian tauhid kepada Allah
saat shalat menolak menulis satu kata pengakuan untuk penguasa tiran. Jika saya
dipenjara karena kebenaran, saya rela dengan hukum kebenaran. Jika saya
dipenjara dengan kebatilan, pantang bagi saya minta belas kasih kepada
kebatilan.”
Para tiran, penguasa-penguasa dzalim
mengira dengan membunuh Sayyid Quthb berarti berhasil menumpas Islam. Mereka
salah dan Allah SWT tidak mengizinkan hal itu. Terbukti, karya-karya Sayyid
Quthb justru semakin berkibar di penjuru dunia, sebagian besar buku-bukunya
dicetak dua puluh lima lebih penerbit, dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, hingga
masyarakat dunia kenal Asy-Syahid Sayyid Quthb, pemikirannya, dakwah beliau,
mengapa beliau dihukum mati ? Siapa tiran di belakang pelaksanaan hukuman mati
tersebut ? Untuk siapa ia dihukum mati ?
Sayyid Quthb pernah
berkata,”Al-Qur`an tidak menyingkap rahasianya, kecuali kepada orang-orang yang
terjun ke medan perang dengan berbekal Al-Qr’an dan berjihad demi membelanya.”
Sebuah syair beliau tulis dari balik
jeruji penjara dengan judul Akhi. Syair ini menggambarkan keimanan yang
kuat dalam dada Asy-Syahid dan geloran perjuangan dakwahnya yang tak kunjung
padam. Berikut kutipan syairnya,
‘Saudaraku, engkau merdeka meski
berada di balik jeruji penjara
Saudaraku, engkau merdeka meski
diborgol dan dibelenggu
Bila engkau pada Allah berpegang
teguh
Maka tipu daya musuh tidak
membahayakanmu
Wahai saudaraku, pasukan kegelapan
akan binasa
dan fajar baru akan menyingsing di
alam semesta
lepaskan kerinduan jiwamu
engkau akan melihat fajar dari jauh
telah bersinar
saudaraku, engkau jangan jenuh
berjuang
engkau lemparkan senjata dari kedua
pundakmu
siapakah yang akan mengobati
luka-luka para korban
dan meninggikan kembali panji-panji
jihad?”
Asy-Syahid Sayyid Quthb. Semoga
Allah SWT melimpahkan rahmat kepada beliau, melahirkan generasi penerus dakwah
dan mengumpulkan kita semua bersama dalam barisan para mujahid. Amin.
APA PENDAPAT ANTUM TENTANG APA YANG
DITULIS SAYYID QUTHB RAHIMAHULLAH?
Abu Muhammad ‘Ashim al-Maqdisiy
Pertanyaan:
Bismillaahir Rahmaanir Rahiim
Al-hamdu liLlaahi Rabbil ‘Alamiin
Wash-shalaatu was-salaamu ‘alaa
Rasuulillaah
Yang terhormat, asy-syaikh al-fadhil
al-mujahid Abu Muhammad al-Maqdisiy
As-salaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi
wa barakaatuhu
Dan kami memohon kepada Allah agar
meneguhkan Antum dan membebaskan para du-at al-mujahidin al-muwahhidin di setiap
tempat…
Pertanyaan saya, syaikh kami yang
mulia, berkaitan dengan Sayyid Quthb rahimahullah, dan sebenarnya saya
telah berupaya untuk mendapatkan pendapat Antum tentang Sayyid Quthb rahimahullah,
namun saya tidak mendapatkannya. Dan mungkin juga engkau telah menyebutkan
sesuatu tentang hal ini, akan tetapi saya tidak mendapatkan itu. Dan sudah
ma’ruf bahwa ad’iyatus-salafiyyah (para pengaku salafi) secara khusus selalu
menyerang dengan keras kepada Sayyid Quthb, sedangkan mayoritas serangan mereka
adalah batil, ikut-ikutan, klaim, dan mengada-ada, atau menafsirkan tulisannya
dengan dasar buruk niat. Dan tidak ragu lagi bahwa Sayyid Quthb rahimahullah
adalah manusia yang suka keliru dan benar. Dan banyak dari apa yang beliau
tulis dan beliau goreskan sesuai uslub sastra tulisannya terkadang menimbulkan
kekeliruan pemahaman sebagian orang terhadapnya atau menafsirkannya dengan yang
tidak beliau maksud…
Sedang pertanyaan saya, saya ingin
pendapat engkau tentang Sayyid, karena saya percaya kepada Antum, dan semoga
Allah membalas Antum dengan kebaikan. Dan saya mengharap dari ikhwah yang
mengurusi situs untuk mengirimkan jawabannya ke email saya. Semoga Allah
memberkahi mereka.
Jawaban:
Bismillaahi wal-hamdulillaah,
wash-shalaatu was-salaamu ‘alaa Rasuulillaah, wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa
man waalaahu..
Akhi al-fadhil.. semoga Allah
menjaganya dan menjadikannya bagian dari anshar dien-Nya..
Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullaahi
wa barakaatuhu..
Berkaitan dengan asy-syaikh
al-mujahid dan al-kaatib al-fadhil ustadz kami yang besar, Sayyid Quthb rahimahullah,
sesungguhnya termasuk keajaiban zaman ini yang mana keajaiban-keajaibannya
tidak pernah habis adalah orang semacam saya ditanya tentang Sayyid dan
berkomentar jarh atau ta’dil tentangnya, padahal dia adalah orang yang
meninggalkan dunia ini sembari meninggalkan perhiasannya, perlengkapannya, dan
kesenangannya yang mana mayoritas manusia mati-matian untuk mendapatkannya dan
betah dengannya, dan para thaghut memberikannya kepada ahlinya yang tunduk lagi
patuh kepada mereka, sedangkan beliau rahimahullah enggan menggores
dengan ujung jarinya yang dengannya beliau menulis Zhilaalul Quran dan tauhid;
kalimat yang bisa menyelamatkan lehernya dari kematian, yang dengannya beliau
mengaburkan al-haqq dengan al-bathil atau dengannya beliau mengakui hukum
thaghut; di waktu yang mana banyak dari manusia zaman kita sekarang mencoreng
wajah dan lembaran-lembaran mereka —dan di antara mereka, banyak dari kalangan
yang suka mencela dan menghujat beliau— dengan suatu yang lebih hina dari
kalimat yang ditolak oleh beliau rahimahullah, dan mereka menjinakan
dien mereka siang-malam untuk para thaghut dan menjualnya dengan harga murah
tanpa dipaksa atau diancam hukuman mati dan pancung, bahkan mereka bersegera
dalam hal itu seolah berlomba-lomba menuju berhala, atau mereka menyembelih
tauhid di pintu-pintu para thaghut dan menyerahkan diennya kepada mereka
sebagai korban dan domba terbesar untuk kekayaan dunia yang fana.
Dan, demi Allah, seandainya
menyatakan al-haqq dan tulus terhadap kitabullah dan sunnah Rasul-Nya adalah
bukan fardhu dan termasuk kewajiban, tentulah saya tidak menulis satu kalimat
pun tentang Sayyid, karena orang-orang yang semacam dia zaman sekarang sangat
sedikit, dan setiap orang yang berjalan di jalan ini maka Sayyid memiliki jasa
atasnya, baik dia mau atau tidak, dan baik dia mengakui atau mengingkari. Dan
setelah ini tidak merugikan Sayyid pujian orang yang memuji atau celaan orang
yang mencela. Bagi beliau dan orang-orang yang semacam beliau tepat padanya ucapan
orang yang mengatakan:
Berapa banyak tokoh mulia yang telah
dihina
Oleh orang yang tidak sebanding
sebuah paku di sandalnya
Laut mengapung bangkai di atasnya
Dan mutiara terpendam di dasarnya
Namun demikian, Sayyid adalah
manusia biasa. Bisa benar dan bisa salah. Beliau dalam tulisan-tulisannya
memiliki kekeliruan yang ma’ruf, jelas bagi orang yang meneliti
tulisan-tulisannya dan bisa memilah perkataan yang lama dari perkataannya yang
terbaru bahwa beliau tidak mengoreksi banyak darinya dan beliau mengupayakan
pen-tashhih-an dan tahdzib. Dan kewajiban atas orang-orang yang mukhlis lagi
dekat dengan beliau, yang terdepannya adalah al-ustadz Muhammad Quthb untuk
menyempurnakan itu untuknya dan agar tidak bersikukuh membiarkannya seadanya,
sehingga ada celah dan hujjah yang dijadikan oleh setiap yang ditanduk,
dipukul, terjatuh, apa yang telah dimakan binatang buas dan penguasa sebagai
jalan untuk mencela Sayyid, mem-bid’ah-kannya, atau menisbatkan kepadanya apa
yang beliau bara’ darinya, atau beliau pada dasarnya bara’ darinya namun pena
al-adib terpeleset terus mengatakan apa yang pemiliknya tidak memaksudkan
maknanya yang diduga darinya. Dan di antara contoh hal itu adalah apa yang
dinisbatkan kepada beliau berupa al-qaul bi wihdatil wujud, padahal sesungguhnya
Sayyid secara pasti dan yakin membedakan dalam setiap apa yang beliau tulis
antara Al-Khaliq dengan makhluq, bahkan beliau sangat mengagungkan Al-Khaliq,
mentauhidkan-Nya, dan mengkafirkan setiap orang yang mengklaim bagi dirinya
atau bagi selain dirinya satu hak khusus dari Khashaaish Uluhiyyah, apalagi
(beliau sangat mengkafirkan) orang yang menjadikan wujud ini semuanya adalah
Allah Yang Maha Esa lagi Maha Menyendiri. Dan siapa yang mengklaim selain ini
tentang Sayyid, maka sesungguhnya dia tidak mengetahui beliau dan tidak
mengetahui kitab-kitabnya. dan apa yang beliau tulis dalam beberapa tempat di
Azh-Zhilal berupa ungkapan sastra yang menyelisihi ini adalah wajib dibuang
oleh orang-orang yang memiliki ghirah terhadap Sayyid dan orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap kitab-kitabnya terutama sesungguhnya mereka itu mengetahui dan
mengakui bahwa Sayyid tidak memaksudkan hakikat ucapan ini, dan bahwa beliau
telah menerangkan hal itu dan menjelaskannya dalam tulisan-tulisannya yang lain
sebagaimana dalam (Khashaaish at-Tashawwur al-Islamiy) yang mana ia adalah
tergolong tulisan Sayyid rahimahullah yang paling akhir.
Dan bagaimanapun, sungguh manusia
telah menulis tentang Sayyid antara ifrath dan tafrith, sebagian orang
menzhaliminya dan sebagian yang lain ghuluw padanya, sedangkan kami bukan
tergolong ini dan itu bi hamdillaah, namun kami berjalan kepada al-haqq kemana
ia pergi, dan tidak meyakini ishmah (ke-ma’shum-an) kepada seorang pun setelah
Rasulullah SAW. Kami menjaga bagi Sayyid dan yang semisal baliau dari kalangan
ansharuddien hak mereka dan kami tidak mengurangi mereka apa yang telah mereka
ketengahkan, kami mencintai pada mereka keteguhannya di atas al-haqq,
nushrahnya terhadap dien dan syariatnya, serta bara’ahnya dari para thaghut dan
kemusyrikannya. Dan kami tidak mengatakan itu sembarangan atau dari sikap
fanatisme dan kejahilan, karena kami tergolong orang yang telah membaca
mayoritas tulisan-tulisannya di awal perjalanan, dan tergolong orang yang
mengenal beliau —wa liLlaahi al-hamd— dan mengenal manhaj beliau dan
sikap-sikapnya dari dekat. Kami telah mendengar tharuhatnya yang indah dengan
isnad ‘ali dari orang terdekat beliau, yaitu syaikh as-sayyid Yusuf Ied, beliau
adalah salah seorang dari beberapa individu yang tidak melebihi jari-jari satu
tangan, yang direkomendasikan oleh Sayyid rahimahullah dalam memahami
tharuhatnya dan menguasai tulisan-tulisannya dalam ucapan-ucapan beliau yang
beliau tulis sebelum dihukum mati, dan disebarkan dengan judul (Kenapa Mereka
Menghukum Mati Saya).
Inilah.. sebagian para masyayikh
telah menulis catatan-catatan dan peringatan-peringatan terhadap hal-hal yang
mana Sayyid tergelincir penanya di dalamnya. Dan ini keadaan ahlul ‘ilmi,
kebenaran dan membelanya lebih mereka cintai dari seluruh manusia. Dan di
antara orang yang telah menulis dalam hal itu adalah syaikh Muhammad ibnu
Abdillah ad-Duwaisy rahimahullah dalam kitabnya (al-Maurid az-Zallal fii
Akhthaa azh-Zhilal) dalam sebagiannya beliau tepat dan dalam sebagian lainnya
tidak tepat. Dan saya telah membaca kitabnya di tahun percetakannya yang
pertama, dan saat itu saya membuat penilaian dalam sebuah risalah yang saya
beri nama (Mizanul I’tidal bi Taqwumi Kitab al-Maurid az-Zallal), saya dukung
beliau dalam beberapa hal yang ditulisnya, dan saya anggap beliau keliru pada
hal lainnya, serta saya istidrak terhadapnya apa-apa yang beliau lalai, dan
satu exemplar darinya saya sampaikan kepada al-ustadz Muhammad Quthb dan yang
lain kepada syaikh ad-Duwaisy rahimahullah, beliau memberikan beberapa
catatan kaki terhadapnya sebelum beliau meninggal. Dan fotokopi darinya dengan
tulisan tangannya masih ada di saya satu buah, mudah-mudahan kami bisa
menerbitkannya dalam waktu dekat bersama catatan kakinya, insya Allah.
Ini yang bisa saya utarakan sekarang
sebagai jawaban atas pertanyaanmu. Semoga Allah menjadikan kami dan engkau
bagian dari orang-orang yang mendengarkan ucapan terus mengikuti yang paling
baik.
Wassalaamu ‘alaikum
Saudaramu, Abu Muhammad.
Source : Jihad Magz Edisi 2
Sebarkan!
Raih amal shalih, sebarkan informasi
ini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar